Senin, 03 Januari 2011

PRASANGKA DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME

PERBEDAAN PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
Seorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya. Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatif tanpa berlatar belakang pasa suatu prasangka. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang berprasangka dapat saja berprilaku tidak diskriminatif. Di Indonesia kelompok keturunan Cina sebagai kelompok minoritas, sering menjadi sasaran rasial, walaupun secara yuridis telah menjadi warga Negara Indonesia dan dalam UUD 1945 Bab X Pasal 27 dinyatakan bahwa semua warga Negara mempunyai kedudukan yang sama dalam hokum dan pemerintahan.
Sikap berprasangka jelas sangat tidak adil, karena sikap yang diambil hanya berdasarkan pada pengalaman atau apa yang didengar. Lebih-lebih lagi bila sikap berprasangka itu muncul dari jalan fikiran sepintas saja yang kemudian disimpulkan sebagai sifat dari seluruh anggota kelompok social tertentu. Apabila muncul suatu sikap berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok social lain, atau terhadap suatu suku bangsa lain, kelompok etnis tertentu dan bisa jadi akan menimbulkan pertentangan-pertentangan social yang lebih luas.
Contoh:
Beberapa peristiwa yang semula menyangkut beberapa orang saja, sering menjadi luas yang melibatkan sejumlah orang. Akan menjadi riskan lagi apabila peristiwa itu menjalar lebih luas, sehingga melibatkan orang-orang di suatu wilayah tertentu yang diikuti dengan tindakan-tindakan kekerasan dan destruktif dengan berakibat mendatangkan kerugian yang tidak kecil.
Contoh lain:
Prasangka diskriminasi ras yang  ras yang berkembang di kawasan Afrika Selatan dan sekitarnya membuat kawasan ini selalu bergolak. Konflik-konflik antarsuku, antar ras tak dapat dihindarkan. Lebih jauh antara kelompok minoritas kulit putih dengan kekuasaan dan kekuatan bersenjata yang lebih tangguh, seling baku hantam dengan kelompok mayoritas orang-orang kulit hitam. Tindakan kekerasan di Afrika Selatan jelas-jelas merupakan manifestasi dari pertentangan social yang berlarut-larut. Tindakan kekerasan yang sudah diambang eksplosif itu, sebagai akibat dari pengendalian eksternal dari masing-masing golongan yang bertentangan begitu lemah. Prasangka yang begitu mendalam antara orang-orang Israel dengan orang-orang Arab di Timur Tengah berkembang menjadi pertentangan social yang pada akhirnya meledak menjadi perang Arab-Israel, Tahun 1967. Setelah perang usai permasalahannya masih berkepanjangan  dan tidak kunjung selesai juga.
SEBAB-SEBAB TIMBULNYA PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
(a)    Berlatar belakang sejarah
(b)   Dilatarbelakangi oleh perkembangan sisio, cultural, dan situasional
(c)    Bersumber dari faktor kepribadian
(d)   Berlatar belakang dari perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama

Daya Upaya Untuk Mengurangi Atau Menghilangkan Prasangka Dan Diskriminasi

A.      Perbaikan kondisi social ekonomi
Pemerataan pembangunan dan usaha peningkatan pendapatan bagi warga Negara Indonesia yang masih tergolong di bawah garis kemiskinan akan mengurangi adanya kesenjangan-kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin.
Dengan begitu prasangka-prasangka ketidak adilan dalam sektor perekonomian antar kelompok kuat dan kelompok ekonomi lemah sedikit banyak dapat dikurangi dan akhirnya akan tiada. Pada sisi lain mereka yang tergolong dalam kelompok ekonomi kuat harus selalu menyadari bahwa kesenjangan sosial yang berkepanjangan antara kelompok ekonomi kuat dengan ekonomi lemah yang mayoritas itu akan menjadi titik rawan.
Kesimpulan:
Upaya pendekatan, rasa kebersamaan dan kerja sama yang saling menguntungkan antara kelompok ekonomi kuat dengan kelompok lemah adalah usaha sungguh-sungguh bijaksana. Realisasi adanya bapak angkat dalam rangka kerja sama saling menguntungkan antara pemilik modal tebatas, sedikit banyak akan memperkokoh solidaritas sosial yang memperkokoh rasa kebersamaan yang lebih akrab. Melalui usaha-usaha peningkatan perekonomian yang dilaksanakan melalui program-program pemerintah dan melalui usaha kerja sama antara pemilik modal kuat dengan pemilik modal terbatas yang diperhitungkan bahwa pemerataan pembangunan dan peningkatan pendapatan perkapita akan meningkat. Sejalan dengan itu diharapkan prasangka dan kesenjangan sosial antara kelompok ekonomi kuat dan ekonomi lemah lambat laun akan lenyap.

B.      Perluasan kesempatan belajar
Adanya usaha-usaha pemerintah dalam perluasan kesempatan belajar bagi seluruh warga Negara Indonesia, paling tidak dapat mengurangi prasangka bahwa program pendidikan, terutama pendidikan tinggi hanya dapat dinikmati oleh kalangan masyarakat menengah dan kalangan atas.

C.      Sikap terbuka dan sikap lapang
Harus selalu kita sadari bahwa berbagai tantangan yang datang dari luar ataupun yang datang dari luar negeri, semuanya akan dapat merongrong keutuhan Negara dan Bangsa. Kebhinekaan masyarakat berikut sejumlah nilai yang melekat, merupakan basis empuk bagi timbulnya prasangka, diskriminasi, dan keresahan. Berbagai ideology secara historis pernah mendapat tempat dan berkipra di replubik ini, bukan mustahil akan mengambil manfaat kemajemukan kultur, status dan kelas masyarakat. Bukan mustahil kalau mereka memanfaatkan situasi berprasangka, resah, dan kemelut. Apalagi dalam suasana transisi masa satu asas, berbagai pengaruh dan kemungkinan itu tidak boleh diremehkan begitu saja. Sesungguhnya idealism paham kebangsaan yang mencanangkan persatuan dan kemerdekaan, telah menumbuhkan sikap kesepakatan, solidaritas dan loyalitas yang tinggi.

ETNOSENTRISME
Setiap suku bangsa atau ras tertentu akan memiliki ciri khas kebudayaan,, yang sekaligus menjadi kebanggan mereka. Suku bangsa, ras tersebut dalam kehidupan sehari-hari bertingkah laku sejalan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang terkandung dan tersirat dalam kebudayaan tersebut.
Suku bangsa, ras tersebut cenderung menganggap kebudayaan mereka sebagai salah satu yang prima, riil, logis, sesuai dengan kodrat alam dan sebaginya. Segala sesuatu yang kurang baik, kurang estetis, bertentangan dengan kodrat alam dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas dikenal sebagai ETNOSENTRISME, yaitu suatu kecendrungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaanna sendiri sebagai yang prima, terbaik, mutlak, dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.
ETNOSENTRISME nampaknya merupakan gejala sosial yang universal dan sikap yang demikian biasanya dilakukan secara tidak sadar. Dengan demikian ETNOSENTRISME merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterprestasikan atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Sikap ETNOSENTRISME dalam tingkah laku berkomunikasi Nampak canggung, tidak luwes. Akibatnya ETNOSENTRISME penampilan yang etnosentrik, dapat menjadi penyebab utama kesalah pahaman dalam berkomunikasi. ETNOSENTRISME dapat dianggap sebagai sikap dasar ideology Chauvinisme pernah dianut oleh orang-orang Jerman pada zaman Nasi Hitler. Mereka merasa dirinya superior, lebih unggul dari bangsa-bangsa lain, dan memandang bangsa-bangsa lain sebagai inferior, lebih rendah, nista, dsb.


SUMBER: BUKU MKDU ILMU SOSIAL DASAR (ISD)